Jumat, 04 April 2008

SUKSES KRCIL KE SUKSES BESAR

Tiga komandan pasukan dalam
perang Mutah itu berguguran sebagai
syuhada, Zaid bin Haritsah, Jafar bin
Abi Thalib dan Abdullah bin Rawahah.
Pasukan muslim yang berjumlah sekitar
3000 orang itu, memang tampak tidak
seimbang ketika harus berhadapan
dengan 200.000 orang dari pasukan-
pasukan romawi, dan dipimpin langsung
oleh raja mereka, Heraclius.
Kelihatannya Rasulullah saw
sudah meramalkan kejadian itu. Maka
beliau berpesan kepada pasukan ini,
bahwa apabila ketiga komandan mereka
gugur, maka mereka harus memilih
seorang komandan baru di antara
mereka. Yang dipilih oleh kaum
muslimin ketika itu adalah Khalid Bin
Walid.
Tapi apakah yang kemudian
dilakukan Khalid Bin Walid? Beliau
justru menarik mundur pasukannya ke
Madina. Penduduk Madina tidak dapat
memahami strategi ini. Maka anak-anak
mereka melempari pasukan Khalid karena
menganggap mereka pengecut dan
meninggalkan peperangan.tapi
Rasulullah saw justru memberi gelar
kepada Khalid sebagai “Saefullah Al-
Maslul” (Pedang Allah yang senantiasa
terhunus).
Secara gemilang Khalid telah
berhasil menyelamatkan banyak nyawa
para sahabat dari sebuah pertempuran
yang tidak seimbang. Ini bukan sekedar
sebuah pertempuran, tapi sebuah
peperangan. Masih ada medan lain yang
akan mempertemukan mereka dengan
pasukan romawi. Hanya lima tahun
setelah itu, Khalid Bin Walid
membuktikan sabda sang Nabi dalam
perang yarmuk.
Sukses dalam parang yakmuk
adalah puncak dari sederet sukses-
sukses kecil yang telah diraih Khalid
sebelunnya. Dialah ujung tombah
pembebasan Mekah, komandan perang
riddah, dan pembuka pintu pembebasan
persi. Maka begitulah kenyataan ini
menjadi kaidah kepahlawanan, bahwa
kesuksesan besar sesungguhnya
merupakan kumpulan dari kesuksesan-
kesuksesan kecil, yang dirakit
perlahan-lahan, dalam rentan waktu
yang panjang.
Sukses besar, dalam sejarah
hidup seorang pahlawan dimana ia
mencapai puncak lebih mirip sebuah
pendakian. Tidak semua orang sampai ke
puncak, tapi, semua yang sampai ke
puncak harus memulai langkah
pertamanya dari kaki gunung. Ini
kaidah yang terjadi dalam semua medan
kepahlawanan.
Imam Syafi’I menulis banyak buku. Tapi
prestasi ilmiahnya yang paling
gemilang adalah temuanya atas ilmu
Ushul Fiqih. Ibnu Taimiyah menulis
banyak buku, tapi kumpulan fatwanyalah
yang paling monumental. DR. Yusuf Al-
Qardhawi menulis banyak buku, tapi
mungkin buku Fiqih Zakat yang paling
prestisius. Sayyid Quthub menulis
banyak buku, tapi Fii Dzilalil Qur’an
yang paling abadi.
Apa yang perlu kita ketahui adalah
proses perjalanan dari sukses kecil ke
sukses besar. Secara psikologis sukses-
sukses kecil itu membangun dan
memperkokoh rasa percaya diri para
pahlawan. Tapi dalam proses
kreativitas, sukses-sukses kecil itu
memberi mereka inspirasi untuk
memunculkan karya yang lebih besar.
Ibnu Qoyyim benar ketika beliau
mengatakan: “Setiap kebaikan yang kita
lakukan akan mengajak saudara-
saudaranya yang lain”. *

Tidak ada komentar: